Perjalanan Menuju Allah: Bukan Keluar, Tapi Masuk ke Dalam Diri
Perjalanan Ruhani yang Sering Disalahpahami
Banyak orang mengira bahwa perjalanan menuju Allah adalah perjalanan jauh—melintasi tempat suci, mendaki gunung sunyi, atau meninggalkan hiruk-pikuk dunia. Padahal, perjalanan itu justru bukan keluar, melainkan masuk ke dalam diri.
Perjalanan menuju Allah bukanlah perpindahan tempat, tetapi perpindahan hati.
Bukan perpindahan ruang, tetapi penyucian batin.
Bukan melangkah jauh, tetapi kembali kepada siapa diri kita yang sebenarnya.
Allah tidak jauh. Kitalah yang jauh oleh karena hati yang tertutup debu dunia.
Allah Lebih Dekat dari Urat Leher
Firman-Nya:
وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ
“… dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.”
(QS. Qaf: 16)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah tidak pernah jauh. Kedekatan itu sudah ada, melekat, menyelimuti seluruh keberadaan manusia. Tapi hati yang gelisah, lalai, atau keras membuat manusia tak merasakan kedekatan itu.
Karena itu, perjalanan menuju Allah adalah perjalanan membersihkan yang menghalangi.
Bukan mencari Allah di luar, tetapi menyingkap hijab yang menutupi hati.
Perjalanan Masuk ke Dalam Diri
Masuk ke dalam diri berarti:
1. Mengenali Hati yang Sebenarnya
Bukan apa yang terlihat oleh manusia lain, tapi apa yang kita sembunyikan.
Keikhlasan, niat, rasa, luka, syukur, dan harapan—semua ada di ruang batin.
2. Menyibak Lapisan Ego (Nafs)
Di dalam diri ada lapisan-lapisan: keinginan, hawa nafsu, ambisi, dan rasa memiliki.
Perjalanan ruhani adalah proses melepas semua belenggu itu, sedikit demi sedikit.
3. Menyucikan Cermin Hati
Hati yang bersih memantulkan cahaya Allah.
Hati yang tertutup debu dunia memantulkan kegelapan.
Sebagaimana sabda Nabi ﷺ:
“Dalam tubuh ada segumpal daging. Jika ia baik, baik seluruh tubuh.
Jika ia buruk, buruk seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Mengapa Jalan Ini Harus ke Dalam?
Karena Allah berfirman:
وَفِي أَنْفُسِكُمْ ۚ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
"Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
(QS. Adz-Dzariyat: 21)
Ayat ini menegaskan bahwa tanda-tanda Allah tidak hanya ada di langit dan bumi, tetapi tersimpan dalam diri manusia sendiri.
Di dalam diri terdapat:
Sumber kesadaran
Cahaya fitrah
Rasa cinta kepada Allah
Ketakutan, harapan, dan doa
Semua perjalanan itu terjadi di ruang batin, bukan di luar.
Masuk ke Dalam Diri Bukan Berarti Menolak Dunia
Sebagian orang salah paham: menyelami batin bukan berarti menjauhi dunia atau mengasingkan diri. Justru perjalanan ke dalam membuat kita lebih:
tenang, ikhlas, bijaksana, terkendali, penuh kasih
Orang yang mengenal dirinya akan lebih mudah menjalani takdirnya.
Bagaimana Memulai Perjalanan Ini?
1. Tenangkan pikiran — via zikir, doa, dan perenungan
Sebut nama Allah, biarkan hati yang bergerak.
2. Jujur pada diri sendiri
Kenali niat, luka, dan apa yang membuatmu jauh dari Allah.
3. Bersihkan hati sedikit demi sedikit
Dengan istighfar, syukur, dan mengurangi dosa yang melemahkan ruh.
4. Hadirkan Allah dalam setiap detik
Bukan hanya ketika ibadah, tetapi dalam aktivitas harian.
5. Merenungi ayat-ayat Allah
Baik ayat yang tertulis di mushaf, maupun ayat yang hidup dalam diri.
Perjalanan yang Tak Pernah Berakhir
Perjalanan menuju Allah adalah perjalanan “pulang”.
Pulang dari kelalaian menuju kesadaran.
Pulang dari kesibukan menuju ketenangan.
Pulang dari ego menuju kehambaan.
Pulang dari gelap menuju cahaya.
Dan perjalanan itu selalu dimulai dari dalam diri.
Jangan mencarinya di luar sebelum menemukan-Nya di dalam.
Sebab, siapa yang mengenal dirinya, akan mengenal Tuhannya.