Pandangan Laduni Al-Kautsar Tentang Amalan Melihat Jin & Benda Gaib
Dalam Laduni Al-Kautsar, kemampuan ruhani seperti melihat jin, menangkap isyarat gaib, atau mengetahui energi halus bukan tujuan utama, bukan pula standar kewalian atau kesempurnaan spiritual.
Justru, kemampuan itu dikategorikan sebagai:
1. Futuḥ (terbukanya tabir) = Efek samping, bukan tujuan
Dalam Laduni Al-Kautsar, bila seseorang menyucikan hati, meningkatkan zikir, dan menembus hijab nafs, terkadang Allah membuka sebagian tabir alam.
Tetapi:
> Ini bukan akibat amalan tertentu, melainkan pemberian Allah (mawhibah), bukan hasil usaha (kasb).
Ilmu Laduni mengajarkan bahwa:
Melihat jin tidak menunjukkan kedekatan dengan Allah.
Sebaliknya, kemampuan itu bisa menjadi fitnah jika hati belum matang.
2. Bahaya Utama: Terjebak Syahwat Ruhani
Dalam tradisi hakikat, termasuk Laduni Al-Kautsar, kemampuan gaib sering disebut sebagai:
“Syahwat halus para salik.”
Orang yang mengejar:
bisa melihat makhluk halus
bisa membaca energi gaib
bisa melihat benda gaib
biasanya terjatuh pada:
keakuan (ego ruhani), perasaan istimewa, gangguan jin, tipuan kasyaf palsu.
Karena itu dalam Laduni Al-Kautsar:
> Energi gaib = ujian, bukan tanda kemajuan.
3. Jin Adalah Alam yang Tidak Perlu Dicari
Dalam Al-Qur’an, jin disebut makhluk yang tidak perlu dilihat oleh manusia:
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
> “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS Al-A‘raf 7:27)
Laduni Al-Kautsar menafsirkan ayat ini sebagai:
Ketidakmampuan melihat jin adalah rahmat, karena manusia akan terganggu bila melihat seluruh keberadaan gaib terus-menerus.
Allah hanya membukakan bagi hamba tertentu sesuai tugas, bukan untuk hiburan atau kesaktian.
4. Fokus Laduni Al-Kautsar: Nur, Bukan Makhluk
Tujuan utama Laduni Al-Kautsar adalah:
Tersambung pada Nur Al-Hidayah
Manunggal pada Nur Al-Kautsar
Menembus 7 hijab nafs
Membersihkan diri sehingga hati menjadi bening
Ketika hati bening:
> Yang tampak bukan jin, tetapi kebesaran Allah.
Maka jika seseorang berlatih Laduni Al-Kautsar lalu tiba-tiba bisa melihat hal-hal gaib:
itu bukan prestasi, bukan tujuan, dan tidak boleh dikejar.
5. Apakah kemampuan itu mungkin? Ya, tetapi…
Dalam Laduni Al-Kautsar, kemampuan melihat alam gaib mungkin terjadi, tetapi dengan syarat:
(a) Terjadi tanpa dicari
Jika dicari melalui ritual tertentu → biasanya palsu atau dari jin.
(b) Terjadi karena penyucian hati
Hati yang bersih menjadi peka terhadap getaran ruhani.
(c) Terjadi untuk hikmah tertentu, bukan kebanggaan
Misal:
melihat gangguan jin pada seseorang agar bisa membantu.
mendapatkan isyarat bahaya.
melihat ilham batin ketika zikir.
(d) Harus dijaga: tidak boleh disebarkan
Kemampuan itu harus ditutup agar tidak menjadi fitnah.
6. Prinsip Laduni Al-Kautsar: "Melihat Allah lebih penting daripada melihat jin"
Guru besar hakikat mengatakan:
> “Barang siapa melihat makhluk halus, ia diberi sebagian pengetahuan.
Barang siapa melihat dosanya sendiri, ia diberi keselamatan.
Barang siapa melihat Allah, ia diberi hakikat.”
Artinya:
Melihat jin → level rendah
Melihat diri → level sedang
Melihat Allah dengan hati → tujuan hakikat
Dan Laduni Al-Kautsar memilih jalan ketiga.
KESIMPULAN PANDANGAN LADUNI AL-KAUTSAR
1. Bisa melihat jin / gaib = mungkin, tapi bukan tujuan.
2. Jika dicari → berbahaya.
3. Jika terbuka karena zikir → itu futuḥ dan harus dijaga.
4. Level tertinggi bukan melihat makhluk, tetapi melihat Nur Allah dalam hati.
5. Fokus Laduni Al-Kautsar adalah penyucian, bukan kesaktian.