Kata qalb dalam bahasa Arab berasal dari akar kata “qalaba” yang berarti berbolak-balik, berubah, berputar.
Artinya, hati manusia memiliki sifat mudah berbalik — antara cahaya dan gelap, iman dan ragu, cinta dunia dan cinta Tuhan.
Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ sering berdoa:
> “Yā muqallibal-qulūb, tsabbit qalbī ‘alā dīnik.”
“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku di atas agama-Mu.”
(HR. Tirmidzi)
🕊️ Hati sebagai Cermin Ruh
Dalam pandangan para sufi dan ahli hikmah seperti Al-Ghazali, Ibnu ‘Arabi, dan Mulla Sadra:
Qalb adalah lubbul insan — inti terdalam dari manusia.
Ia adalah cermin ruh yang dapat memantulkan cahaya Tuhan, tetapi bisa pula tertutup oleh debu nafsu dan dosa.
Ketika hati bersih, ia menjadi tempat turunnya nur Ilahi — disebut qalbun salīm (hati yang selamat).
Allah berfirman:
> "Yawma lā yanfa‘u mālun wa lā banūn, illā man atallāha biqalbin salīm."
“Pada hari ketika harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.”
(QS. Asy-Syu‘arā: 88–89)
🔮 Lapisan-lapisan Hati Menurut Hikmah
Para arifin sering membagi hati ke dalam beberapa lapisan kesadaran:
1. Qalb – tempat rasa dan iman.
2. Rūh – pusat intuisi dan cahaya spiritual.
3. Sirr – rahasia terdalam tempat penyingkapan hakikat (ma‘rifah).
Jika qalb dibersihkan dari nafsu dan ego, maka sirr akan terbuka — dan di sanalah manusia mengenal Tuhan bukan lewat pikiran, tetapi lewat penyaksian batin (musyāhadah).
Kesimpulan
Dalam hikmah, hati (qalb) adalah:
> “Cermin ruh yang memantulkan cahaya Tuhan, pusat dari iman, pengetahuan, dan cinta Ilahi.”
Membersihkan hati berarti menyingkirkan tabir yang menutupi cermin itu — agar ia kembali jernih, memantulkan wajah Sang Pencipta.
Apakah kamu ingin saya lanjutkan dengan penjelasan tentang cara membersihkan qalb menurut para sufi, seperti zikir, tafakkur, dan muhasabah?